Industri perikanan adalah salah satu industri terbesar di Asia Pasifik.
Diperkirakan pekerja paksa dalam sektor pertanian – termasuk di dalamnya industri perikanan – menghasilkan US$ 400 juta keuntungan ilegal setiap tahunnya di Asia Pasifik.
Diperkirakan sekitar 54, 8 juta orang, kebanyakan dari mereka adalah anak laki-laki/pria dewasa dari negara berkembang yang bekerja di industri perikanan di seluruh dunia, yang mana terdapat 38,3 juta kapal penangkap ikan di laut.
Anak buah kapal sering menghadapi kondisi kerja yang sangat sulit, termasuk bekerja selama 18-20 jam sehari, kekurangan asupan makanan dan air, tempat tinggal sempit dan mereka diminta untuk tetap bekerja saat kondisi sakit atau lelah.
Pemilik kapal penangkap ikan dapat meningkatkan keuntungan mereka dengan cara memberikan gaji yang tidak sesuai (atau tidak memberikan gaji sama sekali) kepada para pekerja, memaksa mereka untuk bekerja lembur tanpa hari libur setiap minggunya, serta tidak mematuhi standar keselamatan pekerja.
Pemiliki dan nakhoda kapal kadang mengikat anak buah kapalnya agar tidak pergi dari kapal dengan cara mengancam harus membayar denda dan/atau dalam bentuk kekerasan. Dalam beberapa kasus, korban seringkali tetap bekerja di kapal tanpa dibayar selama beberapa tahun.
Lebih dari itu, kapal penangkap ikan dan anak buah kapal yang harus pergi jauh dari pantai untuk mencapai daerah penangkapan ikan yang berlimpah. Kondisi terisolasi ini mempermudah terjadinya praktik eksploitasi para pekerja.
Diperkirakan sekitar 1 juta orang di Asia Pasifik merupakan korban dari kerja paksa pada sektor pertanian.
